Kalau kita memperhatikan segala sesuatu yang ada di sekitar kita baik kehidupan manusia ,binatang ,flora fauna maupun benda-benda anorganik, kita akan kita akan melihat satu hal yang abadi,yaitu selalu adanya perubahan. Segalanya selalu berubah,lambat atau cepat,berujud penyusutan, pertumbuhan maupun perkembangan,menurut kodratnya masing-masing.
Panta-rei,demikian kata DEMOKRITOS, seorang filusuf Yunani kuno, beberapa ratus tahun sebelum Masehi.Semuanya berubah,tidak satupun yang abadi kecuali ketidakabadian itu sendiri.
Demikian pula halnya dengan kehidupan manusia,yang bermula dari telur, kemudian melalui garis pertumbuhan :janin,bayi,kanak-kanak, anak, pemuda, adolesen, orang tua, dan akhirya meninggal. Semuanya menurut garis perkembangan dengan segala variasinya sendiri,menurut irama perkembangannya sendiri-sendiri, tiada dua orang yang sama. Tiada seorang hlipun yang mampu menemukan sesuatu hukum tertentu, melainkan baru sampai ke tingkat teori-teori di dalam kehidupan organisme di dunia ini.
Bahwa tiap anak secara kodrat membawa fariasi dan irama perkembangannya sendiri,perlu diketahui setiap orang tua, agar tidak bertanya-tanya bahkan bingung atau bereaksi negatif yang lain dalam menghadapi perkembangan anaknya. Bahkan ia harus bersikap tenang sambil mengikuti terus-menerus pertumbuhan itu sendiri terhindar dari gangguan apapun,yang tentu saja akan merugikan.Hal ini berlaku juga dalam menghadapi pertumbuhan pemuda,secara psikophisis.Aspek-aspek yang manakah yang berembang dari kehidupan manusia ?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu lebih dulu mengetahui hakekat manusia,Yaitu bahwa pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang hidup dalam keadaan :
-psikhophisis
-sosioindividuil
-culturilreligious
-Psikhophisis, yang berarti manusia adalah makhluk yang hidup dalam kesatuan dua, secara jasmaniah dan rohaniah.
-Sosioindividuil, yang berarti manusia adalah makhluk yang hidup dalam kesatuan dua, sosial dan individuil.
-Culturilreligius, yang berarti manusia adalah makhluk yang hidup dalam kesatuan dua, dicipta (oleh Maha Pencipta) dan mencipta (kebudayaan).
Bila kita perhatikan sifat-sifat tersebut nampak bahwa masing-masing selalu sepasang-sepasang yang kelihatannya bertentangan satu sama lain, tetapi saling melengkapi. Sifat-sifat semacam itulah yang diistilahkan dengan kata monodualis, bahkan monodualis berganda.
Selasa, 24 Februari 2009
Menilik Lingkungan Sekitar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar