Jumat, 19 Juni 2009

Remaja, Perkembangan Batin Untuk masa selanjutnya ya !!!

. Jumat, 19 Juni 2009


Kalau dulu aku terangkan masalah perkembangan renaja tapi yang menyangkut masalah lahir apa sih ciri-cirinya kalau sekarang, aku terangkankan perkembangan dalam remaja tapi fase batin artinya dari segi kematangan fisiknya pada ramaja itu sendir, jadi kita tahu nih kalau remaja pasti batinnya gitu dan kita bisa mengantisipasi jika ada gejala yang berada diluar gejala tersebut biar dikit tapi tahu hitung-hitung persiapan ada pepatahnya kan "SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN" kalau aku sih sedia mantel. he...he..he..
Perkembangan Kognitif
Inteligensi oleh David Wechsler (1958) didefinisikan sebgaai “keseluruhan kemampuan individu untuk befikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.
Inteligensi mengandung unsur pikiran atau ratio. Makin banyak unsur ratio yang harus digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku, makin berinteligensi tingkah laku tersebut. Ukuran inteligensi dinyatakan dalam IQ (Intelligence Quotient)
Kemampuan mental primer (Primary Menthal Abilities) terdiri dari 7 faktor, yaitu:
1. Pengertian lisan (verbal comprehension)
2. Kemampuan angka-angka (numerical ability)
3. Penglihatan keruangan (spatial visualization)
4. Kemampuan penginderaan (perceptual ability)
5. Ingatan (memory)
6. Penalaran (reasoning), dan
7. Kelancaran kata-kata(word fluency)
Jean Piaget (1896-1980) berpendapat bahwa setiap orang mempunyai system pengaturan dari dalam pada system kognisinya. Sistem pengaturan ini terdapat sepanjang hidup seseorang dan berkembang sesuai dengan perkembangan perkembangan aspek-aspek kognitif yaitu :
a. Kematangan, yang merupakan perkembangan susunan syaraf sehingga misalnya fungsi-fungsi indera menjadi lebih sempurna.
b. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya
c. Transmisi social, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungan social antara lain melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain
d. Ekuilibrasi, yaitu system pengaturan dalam diri anak itu sendiri yang mampu Mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Tahap tahap perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut (Gunarsa, 1982, hlm. 146-161; Piaget, 1959, hlm. 123):
1. Tahap I: Masa sensori-motor (0-2.5 tahun)
2. Tahap II: Masa praoperasional (2.0-7.0 tahun)
3. Tahap III: Masa konkrit-operasional (7.0-11.0 tahun)
4. Tahap IV: Masa formal-operasional (11.0-dewasa)
Perkembangan Emosi
Emosi menjadi sulit untuk didefinisikan oleh karena sifatnya yang tidak tetap. Emosi jenis yang satu seringkali menunjukkan perubahan fisiologis yang sama dengan emosi jenis yang lain. Seperti takut dan terkejut tampil dalam perubahan fisiologis dan ekspresi yang hampir sama. Demikian juga dengan perasaan sedih dan gembira yang mendalam (sama sama menangis).
W. Wundt (1832-1920) mengemukakan tiga pasang kuup emosi, yaitu:
1. Lust-Unlust (senang-tak senang)
2. Spannung-Losung (tegang-tak tegang)
3. Erreggung-beruhigung(semangat-tenang)
Setiap keadaan emosional, menurut Windt, selalu merupakan kombinasi dari kutub kutub emosi tersebut.. Seorang yang melihat binatang buas misalnya, keadaan emosinya adalah Unlust, Spannung dan Erregung. Sedangkan seorang mahasiswa yang lulus ujian emosinya adalah Lust, Losung dan Beruhigung.
Perkembangan sosial
Sudah diketahui bahwa gejolak emosi remaja dan masalah remaja lain pada umumnya disebabkan antara lain oleh adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di pihak lain ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tua. Rasa ketergantungan pada orang tua di kalangan anak anak Indonesia lebih besar lagi, karena memang dikehandaki demikian oleh orang tua.
Konflik peran yang yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan kesulitan lain pada amasa remaja dapat dikurangi dengan memberi latihan latihan agar anak dapat mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya anak dapat memilih jalannya sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap. Oleh karena ia tahu dengan tepat saat saat yang berbahaya di mana ia harus kembali berkonsultasi dengan orang tuanya atau dengan orang dewasa lain yang lebih tahu dari dirinya sendiri.
Perkembangan moral
Moral merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Di sisi lain tiadanya moral seringkali dituding sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja.
Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat sendiri punya peran penting dalam pembentukan moral. W.G. Summer (1907), salah seorang sosiolog, berpendapat bahwa tingkah laku manusia yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi sanksi tersendiri buat pelanggar pelanggarnya.
Masalah pokok remaja berpangkal pada pencarian identitas diri. Mereka mengalami krisis identitas karena untuk dikelompokkan ke dalam kelompok anak-anak merasa sudah besar, namun kurang besar untuk dikelompokkan dalam kelompok dewasa. Identitas diri adalah kepastian posisi sosial dalam lingkup pergaulan di mana seseorang berada.Sejauh mana remaja mampu meraih identitas dirinya, tergantung dari sejauh mana remaja mampu mengendalikan luapan emosi saat merasa tersinggung oleh seseorang di sekitarnya; menempatkan diri dengan wajar dalam relasinya dengan teman sebaya; memperoleh tokoh idola untuk pencapaian identitas diri yang mantap, baik dalam kelompok rekan sebaya (peer) atau dalam keluarga; menerima diri apa adanya; mengendalikan intensitas emosi yang kurang menguntungkan karena keterbatasan tersebut dengan mengompensasi melalui pencapaian prestasi sekolah/sosialnya.
Selain itu sejauh mana mampu mengendalikan melambungnya ambisi dan angan-angan karena meningkatnya kebutuhan perkembangan sosialisasi; mengenali dan mendapat peluang melatih pengendalian kebutuhan biologis baru, dalam hal ini dorongan seksual, tanpa mengurangi pemanfaatan lingkungan pergaulan guna mencapai kemampuan sosialisasi seoptimal mungkin; serta merasa memperoleh pengertian dan dukungan orangtua dan keluarga dalam kondisi kerentanan oleh krisis identitas tersebut.
Bila jawaban atas pertanyaan tersebut meragukan, maka remaja akan terjebak dalam perkembangan pribadi yang lemah dan rentan penyalahgunaan narkoba.
Hambatan proses sosialisasi bisa disebabkan faktor internal (psikis) maupun faktor eksternal (fisik).
Hambatan dalam proses sosialisasi merupakan manifestasi kelemahan fungsi kepribadian yang menyebabkan labilitas emosional sehingga tingkat toleransi stres pun relatif rendah. Ia mudah menyerah, kurang memiliki daya juang, dan rendah ketekunannya dalam belajar mengatasi masalah. Remaja tipe ini rentan terhadap pengaruh penyalahgunaan narkoba.

Penyebab lain
• Beberapa penyebab lain adalah dinamika relasi khas antara faktor psikis dan fisik yang kurang menguntungkan remaja. Misalnya, badan terlampau gemuk atau kurus, sikap tertutup, teman terbatas, prestasi belajar antara sedang ke kurang, dan kurang berani menghadapi tantangan.
Anak tipe ini biasanya kurang percaya diri sehingga rawan pemerasan/pemalakan. Awalnya dipaksa menyerahkan uang jajan sampai akhirnya dipaksa mencuri di rumah.Hasil pemerasan langsung dibelikan narkoba dan sering terjadi anak dipaksa mencoba minuman keras atau narkoba yang dibeli dari hasil rampasan/pemerasan tadi.Terbentuk pula kedekatan emosional anak dengan anggota geng lain dan jadilah ia anggota walaupun hanya anak bawang. Karena merasa harus diterima dalam lingkungan pergaulan, sikap loyal terhadap geng semakin kuat. Apa pun yang diminta rekan satu geng akan dipenuhi, apa pun korbannya. Kondisi ini diikuti peningkatan frekuensi bolos sekolah dan barang berharga di rumah menjadi kurang aman.Beberapa faktor internal mirip hal di atas, tetapi keanggotaan terhadap geng diperoleh dengan pendekatan lebih luwes. Misalnya, anak diajak naik motor, diajari naik motor atau main gitar, untuk kemudian dijadikan obyek pemerasan. Karena khawatir kehilangan teman bermain, segala yang diminta pimpinan geng akan ia penuhi, termasuk merokok dan kemudian menggunakan narkoba.Remaja yang sejak awal pubertas menunjukkan kurang suka belajar, sering bolos, dan menyukai permainan seperti pachinko atau permainan lain yang mengandung unsur perjudian biasanya mengalami ketidakpuasan emosional di rumah dan tidak mampu mengatasi permasalahan remaja dan gejolak jiwa remajanya. Ia frustrasi dan gelisah.Keadaan ini sering dilatari sikap keluarga yang kurang sempat memerhatikan anak remajanya dan kurang memberi dukungan kasih serta perhatian bagi anak remaja untuk menyelesaikan masalah remaja tersebut. Keadaan frustrasi ini membuka peluang penggunaan narkoba sebagai cara remaja menyelesaikan masalahnya. Bila akhirnya keluarga mengetahui, reaksi lanjut pihak keluarga biasanya lebih tidak menguntungkan. Artinya, remaja semakin tenggelam dalam penggunaan narkoba sebagai jalan keluar masalahnya.Remaja yang pada dasarnya memiliki predisposisi kondisi mental psikopat, artinya dari sejak usia 10-11 tahun sudah melakukan perjalanan jauh sendiri tanpa direncanakan, sering ”kabur” dari rumah, pergi tanpa pamit, menghamburkan uang saku, dan biasanya mendapat uang itu sebagai hasil curian. Manakala uang habis, ia akan kembali ke rumah dengan air muka seolah tidak bersalah.
Remaja dengan kecenderungan fungsi kepribadian psikopat tidak segan melakukan kekerasan dan mengancam. Remaja tipe ini pun rawan penyalahgunaan narkoba karena di bawah pengaruh narkoba remaja merasa keberaniannya bertindak antisosial dan agresi semakin meningkat.Karena itu, waspadalah orangtua dan keluarga. Beri dukungan, kasih, dan pengertian yang pas kepada remaja kita agar tidak terjebak lingkup perkembangan pribadi yang lemah dan rentan penyalahgunaan narkoba.

Setiap remaja harus mempersiapkan diri sebagai khalifah Allah. Mereka harus mempunyai tujuan dan kesungguhan sebagai insan yang taat dan kreatif. Tujuan hidup yang tidak bercanggah dengan kehendak Islam hendaklah disemai ke dalam diri seorang remaja jika mereka mahu berjaya dan maju sebagai generasi yang cemerlang dan diberkati.

Pengendalian Diri
Remaja memerlukan pengendalian diri kerana remaja belum mempunyai pengalaman yang memadai dalam perkara ini. Masa remaja banyak menyentuh perasaan seorang remaja sehingga menimbulkan jiwa yang sensitif dan peka terhadap diri dan lingkungannya. Perkembangan ini ditandai dengan cepatnya pertumbuhan fizikal dan seksual. Akibat dari pertumbuhan fizikal dan seksual yang cepat itu maka timbullah kegoncangan dan kebingungan dalam diri remaja, khususnya dalam memahami hubungan lain jenis.
Dari keadaan yang dihadapi remaja ini akan menimbulkan dua masalah. Pertama dorongan seksual kerana ingin membuktikan bahawa diri telah dewasa sehingga berakhlak yang kurang sopan di tengah masyarakat, sehingga orang ramai menilai bahawa remaja hanya menimbulkan masalah. Padahal ketika itu remaja sedang meraba-raba dalam mencari jatidirinya.Kedua, mungkin juga remaja hilang kendali dalam dirinya sehingga lebih cenderung mengikuti nafsunya itu, ataupun remaja lebih suka menyendiri dan menutup diri.
Remaja yang merasakan bahawa fizikalnya sudah seperti orang dewasa sehingga ia merasa pula harus bersikap seperti orang dewasa untuk menutup keadaan dirinya yang sebenar harus memahami bahawa anggapannya itu hanya sekadar imitasi atau peniruan. Untuk itu remaja harus pandai mengendalikan diri dalam menghadapi dunia yang penuh dengan pancaroba dan gejolak ini. Hindarilah dari hanya mengikut kehendak hati, tapi gunakanlah fikiran agar setiap keputusan yang diambil benar-benar mengikuti citarasa ibu bapa, masyarakat dan agama.

Rasa Kebebasan Remaja
Pada usia remaja sangat memerlukan kebebasan emosional dan material. Kematangan dalam bidang fizikal atau tubuh mendorong remaja untuk berdikari dan bebas dalam mengambil keputusan untuk dirinya sehingga remaja terlepas dari emosi ibu bapa dan keluarga. Ramai ibu bapa tidak memahami keinginan yang tersimpan di dalam jiwa remaja, sehingga membatasi sikap, keperibadian dan tindakan-tindakan mereka, dengan alasan merasa belas kasihan dan lain-lain. Dengan cara ibu bapa sedemikian remaja merasa dirinya tidak dipercayai oleh orang tuanya, akibatnya remaja yang tidak memahami akan hakikat dirinya sendiri akan memberontak dan melawan kepada kedua ibu bapa.
Remaja yang beriman akan mengerti bahawa rasa kebebasan yang timbul dari dalam dirinya itu bukan selamanya harus dituruti, tetapi harus diatasi dengan cara yang bijaksana. Memang betul dalam satu aspek remaja memerlukan kebebasan untuk menentukan keputusannya, namun dari aspek lain remaja masih memerlukan orang tua untuk membimbing dan memberi tunjuk ajar kepadanya. Jadi berfikirlah secara positif agar tuntutan dalam diri itu tidak mengalahkan tuntutan dan kehendak mulia orang tua terhadap diri anaknya. Jika ini dapat diatur secara efektif maka tidak akan timbul konflik kejiwaan dalam diri seorang remaja.

Rasa Kekeluargaan Remaja
Sebetulnya keperluan remaja terhadap kebebasan diri sendiri dan ingin berdikari itu bertentangan dengan keperluannya untuk bergantung terhadap ibu bapanya. Gejolak jiwa tersebut membuat remaja merasa tidak aman, kerana dari satu aspek ia sangat memerlukan keluarganya, namun dari segi yang lain dia ingin berdakari. Pengalaman kejiwaan semacam ini menyebabkan remaja menjadi bingung dan tidak menentu. Bagi remaja yang mengerti peristiwa yang sedang menimpa jiwanya dia akan berhati-hati dalam mengmbil sebarang tindakan, sehingga ia akan menjadi remaja yang tidak tertekan perasaan.
Rasa kekeluargaan dalam diri remaja ini bukan saja terjadi dalam lingkungan ibu bapa dan sanak saudara, tetapi juga pada kelompok teman seperjuangan, organisasi, sukan dan lain-lain. Jika perasaan ini disemai dengan baik, maka remaja tidak akan mengalami stres dan tekanan perasaan dan menjadikan kecenderungan jiwanya itu ke arah yang positif.

Kehidupan Sosial Remaja
Remaja sangat memerlukan agar kehadirannya diterima oleh orang-orang yang ada dalam lingkungannya, di rumah, di sekolah ataupun dalam masyarakat di mana ia tinggal. Rasa diterima kehadirannya oleh semua pihak ini menyebabkan remaja merasa aman, kerana ia merasa bahawa ada dukungan dan perhatian terhadap dirinya. Perkara ini merupakan motivasi yang baik bagi diri remaja untuk lebih berjaya dalam menghadapi kehidupannya.
Penerimaan masyarakat terhadap diri seseorang berperanan dalam mewujudkan kematangan emosi. Pada umumnya remaja sangat peka terhadap pujian dan cacian disekitarnya sehingga menyebabkan remaja mudah tersinggung. Jika ini terjadi remaja hendaklah memahami bahawa tidak semua manusia itu dalam keadaan serba baik, kemungkinan kesilapan yang dilalakukan oleh masyarakat sekitar itu dapat mendorong kita lebih matang dalam menghadapi masalah. Remaja juga harus menyedari, kemungkinan juga cacian dan celaan itu timbul kerana kesalahan dari pihak remaja sendiri. Bagi remaja yang beriman akan menghadapi suasana sosial semacam ini dengan lebih tenang dan sabar, sehingga ia akan menjadi remaja yang berhasil dan cemerlang.

Penyesuaian Diri Remaja
Penyesuaian diri terhadap orang lain dan lingkungan sangat diperlukan oleh setiap orang, terutama dalam usia remaja. Kerana pada usia ini remaja banyak mengalami kegoncangan dan perubahan dalam dirinya. Apabila seseorang tidak berhasil menyesuaikan diri pada masa kanak-kanaknya, maka ia dapat mengejarnya atau memperbaikinya pada usia remaja. Akan tetapi apabila tidak dapat menyesuaikan diri pada usia remaja, maka kesempatan untuk memperbaikinya mungkin akan hilang untuk selama-lamanya, kecuali boleh didapati melalui pengaruh pendidikan dan latihan-latihan.
Remaja yang mampu menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungannya mempunyai ciri-ciri antara lain; suka bekerjasama dengan orang lain, simpati, mudah akrab, disiplin dan lain-lain. Sebaliknya bagi remaja yang tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain atau lingkungannya mempunyai ciri-ciri; suka menonjolkan diri, menipu, suka bermusuhan, egoistik, merendahkan orang lain, buruk sangka dan sebagainya. Jika kebetulan remaja belum mampu menyesuaikan diri dengan cara yang lebih baik, maka berusahalah ke arah pembinaan akhlak yang mulia, maka insya Allah suatu saat nanti kita akan mampu. Seorang remaja jangan lekas putus asa dan patah hati dalam menghadapi kehidupan ini jika ingin lebih sukses dan cemerlang di masa akan datang.

Keyakinan Agama dan Nilai Murni Remaja
Keinginan remaja terhadap sesuatu kadang kala tidak dapat dipenuhi kerana dihalangi oleh ketentuan agama dan adat kebiasaan di tengah masyarakat. Pertentangan itu semakin ketara jika remaja menginginkan sesuatu hanya menurut selera dan kehendaknya saja. Mereka berpakaian yang tidak senonoh, menonton video lucah dan berperangai tidak manis di pandang mata, padahal semua perbuatan ini berlawanan dengan ketentuan agama dan nilai-nilai murni. Bagi remaja yang padai menempatkan dirinya pada posisi yang betul maka dia akan menghindari segala keinginan yang tercela dari kehidupannya.
Pertentangan antara keinginan remaja dengan ketentuan agama ini menyebabkan jiwa remaja memberontak dan berusaha menepis kenyataan itu dengan menurutkan kata hatinya.Remaja yang berhemah tinggi dan berakhlak mulia serta mempunyai lingkungan keluarga yang menjalankan perintah agama, maka perkara ini dengan mudah mereka hadapi. Namun bagi remaja yang telah terlanjur melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan perintah agama hendaklah berusaha memperbaiki diri agar tidak sentiasa terlena dengan sesuatu pengaruh dan kenikmatan yang bersifat semantara itu.
Demikianlah di antara pengaruh atau gejolak jiwa yang terjadi dalam diri seorang remaja. Semuanya memerlukan perhatian remaja dalam memahami dirinya sendiri, serta perhatian ibu bapa agar ada saling pengertian dalam menghadapi dan memahami seorang insan yang berstatus remaja. Semoga informasi tentang remaja ini berguna dalam menjana para remaja dan pelajar dalam menghadapi abad yang penuh dengan cabaran dan godaan ini.
Masa Selanjutnya
Pada masa selanjutnya adalah masa adolesen yaitu masa menuju kedewasaan yang ditandai dengan
Ciri-ciri masa ini :
a. Menemukan pribadinya.
b. Menentukan cita-citanya
c. Menggaris jalan hidupnya
d. Bertanggung jawab
Pada masa terahir adalah masa penuaan yang ditandai dengan menurunnya kinerja tubuh.
Masa tua merupakan masa sekitar masa hidup manusia. Orang tua memiliki kemampuan regeneratif yang terbatas dan lebih mudah terserang penyaki. Untuk biologi penuaan lihat senescenceDi dunia Barat seseorang dianggap tua ketika mereka mencapai umur 60-65 tahun. Beberapa pemerintah menawarkan pensiun masa tua, dan rencana pensiun.Masa pensiun adalah masa di mana akhir kerja seseorang.Dalam abad ke-20 dan abad ke-21, peningkatan dalam gizi dan perawatan kesehatan telah memperpanjang harapan hidup.
Hal ini bisa diperparah dengan kebiasaan merokok, di masa tuanya beresiko lima kali lipat relatif lebih cepat kehilangan daya ingat dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, demikian hasil studi terbaru yang dipublikasikan pada Selasa.
Mereka yang dulunya merokok dan kini sudah berhenti, memiliki resiko dua kali lipat dibandingkan dengan mereka yang sama sekali tidak pernah merokok. Dan mereka yang merokok sepanjang hidupnya akan lebih cepat mengalami kehilangan kemampuan mengingat.
Temuan-temuan itu untuk menunjukkan alasan kepada mereka yang merokok agar berhenti. Alasan ini juga diperlukan bagi mereka yang tidak lagi merokok, demikian Dr Lenore Launer dari Institut Nasional mengenai Kesehatan Mental di Maryland kepada ReutersHealth.
Temuan ini bukanlah yang pertama yang mengaitkan antara merokok dengan penurunan mental. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pada usia pertengahan, para perokok menunjukkan adanya kecenderungan penurunan daya ingat dan perubahan fungsi ingatan dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok sebelum menginjak usia 60 tahun.
Dalam penelitian itu, Launer bersama rekan-rekannya melakukan pengetesan mengenai fungsi mental pada 9.209 orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Mereka kemudian menjalani tes ulang setiap dua tahun sekali.
Para peneliti juga mengukur fungsi kognitif peserta penelitian dengan menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE).
Didapati bahwa mereka yang tidak pernah merokok menunjukkan penurunan dalam skor MMSE yakni 3 poin setiap tahunnya. Sementara mereka yang merokok, skor MMSE menunjukkan penurunan sampai 16 poin setiap tahun, sedangkan mereka yang dulunya merokok dan kini sudah berhenti, mengalami penyusutan sampai 6 poin setiap tahun.
Dalam sebuah wawancara, Launer menerangkan bahwa perubahan kecil menurut pengukuran skor MMSE berarti akan berakibat pada perbedaan fungsi mental dari tahun ke tahun. Perokok akan lebih cepat penurunan kemampuan daya ingatnya ketimbang mereka yang tidak merokok. Lebih lagi , fakta bahwa perokok akan memperpendek usia juga menunjukkan bahwa pengaruh rokok pada otak juga pada akhirnya akan mempengaruhi secara signifikan bagi kesehatan masyarakat secara keseluruhan, kata Launer menambahkan, merokok menyebabkan tersumbatnya katup pembuluh darah dalam otak, hilangnya nutrisi dan kerusakan pada jaringan


3 komentar:

Nur Kholiq mengatakan...

behh...puuuuuuuanjang!!!

SAWALI TUHUSETYA mengatakan...

hmm ... postingan yang menarik dan sangat bermanfaat buat remaja yang sedang memburu jatidirinya.

Rachel mengatakan...

Posting yang bagus dan bermanfaat.... kunjungi balik ya

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
Rizqi is proudly powered by Blogger.com | Template by ZIQ MEDIA